Di luar hujan. Siapa yang nggak
suka musim hujan? Bau petrikor yang menguap dari tanah basah, sungai cemas yang
mengalir menyusuri kaca jendela, alunan rindu setiap kali air beradu dengan
genting.
Sekitar 1,5 tahun tidak melihat wajahnya. Kini aku melihatnya lagi. Malam itu ada notification line darinya.
Kadang kita tak hentinya meminta
waktu, meminta kesempatan lagi kepada orang lain, kepada semesta, bahkan kepada
Tuhan. Sebuah kesalahan yang sudah kamu lakukan, jika itu diperbuat tanpa ada
unsur kesengajaan, hanya mengikuti kata hati, dan itu salah, maka kamu pasti
ingin memperbaikinya sepenuh hati.
Namun apa daya? Waktu itu sudah
dirancang Tuhan dan dieksekusi semesta berputar searah jarum jam, atau
perputaran jarum jam itu sendiri yang mengikuti arah berjalannya waktu.
Entahlah, yang pasti waktu terus berjalan, ke depan. Kata “seandainya” takkan pernah
habis terlintas dalam benak seseorang yang sudah melakukan kesalahan, tanpa ia
sengaja. Kata tersebut sepertinya bergandengan dengan benda nista bernama
penyesalan.
“Kita tak bisa selalu mendapatkan
apa yang kita mau di waktu yang kita inginkan. Tuhan lebih tahu. Doamu bukan
tidak dikabulkan, hanya saja digantikan dengan yang lebih indah, atau disimpan
sampai waktu yang lebih indah.”
0 komentar:
Posting Komentar