Selasa, 28 Februari 2017

Pernah


Kita pernah saling membahagiakan. Bahkan ada yang bilang kita adalah dua orang yang tak dapat dipisahkan.

Kita pernah saling berbalas mesra. Bahkan aku tak bosan menanti topik hangatmu yang slalu berhasil menghempas lara.
Kita pernah saling tergenggam rindu. Saling resah menanti kabar—menuntut waktu untuk membawa sebuah temu.
Namun, kalimat “pernah” hanya menjelaskan peristiwa masa lalu. Dan kamu tahu itu. Dulu kita pernah bahagia, tersatukan oleh perihal hangat bernama cinta.
Iya—kita pernah. Tapi itu dulu.


Untukmu A.

"You"

"Aku gagal menuliskan satu buah paragraf untukmu.
Karena kata-kata selalu berlari tak beratur ketika aku mengingatmu."

Minggu, 19 Februari 2017

Aku harus jawab apa?....

------
Bagaimana jika seseorang yang telah lama ingin kau hilangkan dari pikiran dan dada datang kepadamu?..... Seseorang yang pernah menempati relung hatiku bertahun-tahun, lalu bertahun-tahun kemudian juga aku berusaha keras untuk membiasakan perasaanku tanpanya, tanpa mengingatnya, tanpa mencari tahu tentangnya. Aku telah berusaha keras menghilangkan perasaan tak biasa tersebut dengan berbagai cara seperti melakukan hobiku, mendaki gunung, lari sendiri maupun bersama komunitas, bersepeda, berenang, menonton film, memperbanyak pekerjaanku, aku menyibukkan diri untuk tak mengingatnya, nongkrong bersama teman-teman dan disaat aku telah berhasil tak mengingatnya bahkan rasaku padanya memudar, hingga semakin pudar, semakin pudar, dan semakin pudar. Tetapi disaat semakin pudar itu, entah sengaja atau tidak, semesta memertemukanku kembali dengannya?

Dia sama sekali tak salah, dia tak pernah menyakitiku, dia bahkan tak tahu aku menyimpan rasa padanya, dia tidak tahu bahwa selama apa aku pernah menunggunya, dia tak pernah tahu semenyesakkan apa aku pernah merindukannya, dia tidak tahu sekeras apa aku berusaha menghilangkannya, dia tak pernah tahu karena aku tak pernah memberitahunya. Tetapi suatu hari semesta mengejutkanku. Aku tak tahu kata-kata apa yang dapat melukiskan perasaanku, senang atau sedih atau marah atau yang lainnya yang aku sendiri tak mengerti. Mungkin otakku mengatakan bahwa aku sudah tak memiliki apapun untuknya, aku bahkan telah menemukan sesorang yang menyayangiku dan aku menyayanginya. Aku bahagia bersamanya, aku merasakan indahnya cinta yang berbalas. Tetapi sejak hari itu aku bertemu dengannya kembali, hatiku masih jelas mengingatnya, hatiku terus membawaku menelusuri kenangan.

Aku pernah berharap dipertemukan kembali dengannya, namun aku juga lebih sering berharap untuk tidak kembali dipertemukan dengannya karena aku tak ingin goyah dan melukai seseorang yang ada untukku saat ini. Memikirkan dia yang telah aku pudarkan saja membuatku merasa bersalah, tetapi hatiku tak bisa diatur, ia terus saja membuatku mengingatnya kembali. Hatiku berkata ada yang harus aku selesaikan dengannya, entah itu rasa penasaran atau kembalinya memang takdir dari semesta. Aku terus memikirkannya dan tak sadar aku telah kehujanan atau terlalu banyak menuangkan air minum ke gelas.

Tring. Satu pesan masuk ke ponselku.

Hai, sibuk gak?

Tiga kata tersebut membuatku kehilangan logika. Aku hanya menantap layar ponsel. Bukan, bukan dari kekasihku, melainkan dari sesorang yang sejak beberapa waktu kembali menghantui pikiran dan hatiku.

Aku harus jawab apa?………